Showing posts with label Dharma Wacana. Show all posts
Showing posts with label Dharma Wacana. Show all posts

Monday, August 12, 2013

Cinta Kasih yang universal dalam menebarkan kedamain

DHARMA WACANA

Oleh: Wayan Wyasa

Om awigenam astu namo sidham

Om anu badrah kertawiantu wiswatah

Om swastiastu

Pertama-tama marilah kita panjatkan kehadapan Brahman/ Ida Sang Hyang Whidi wasa karena atas anugrah-Nya kita masih diberikan kesempatan diberkumpul bersama-sama dalam rangka meningkatkan Sradha bhakti kepada Tuhan

Hadirin umat sedharma yang saya banggakan

Melihat fenomena yang terjadi saat ini tidak bisa dipungkiri bahwa rasa persaudaraan semakin rapuh melihat cara berfikir yang semakin praktis menyebabkan bergesernya nilai-nilai kebersamaan, hal ini tidak terlepas dari pengaruh negatif kemajuan ilmu dan teknologi yang begitu pesat yang tidak dilandasi prinsip keseimbangan. Dengan adanya perkembangan zaman menyebabkan manusia hanya mementingkan diri sendiri rasa kebersamaan semakin menipis sehingga menimbulkan banyak kejadian-kejadian di jagad raya ini seperti permusuhan antar Negara terjadi saat ini yang menimbulkan banyak korban jiwa yang berjatuhan, demontrasi berdarah, kekerasan terhadap TKI oleh majikannya, permusuhan antar kampong, pembunuhan mutilasi yang tidak memiliki prikemanusiaan, belum lagi kasus pemerkosaan dan perusakan tempat suci karena panatisme yang tinggi serta belum lagi sederet peristiwa-peristiwa yang mengerikan yang tidak kita inginkan sesungguhnya saudara-saudaraku ada apa dengan bumi tercinta ini ? ini menunjukan bahwa tidak adanya prema atau atau cinta kasih antara sesama . Untuk itu dalam kesempatan yang berbahagia ini ijinkan saya membawakan dharma wacana dengan topic: Cinta Kasih yang universal dalam menebarkan kedamain

hadirin umatku sedhama yang saya muliakan

Tentunya saudara-saudara telah mengetahui tentang apa itu cinta kasih ? namun tidak ada salahnya bagi saya untuk menyampaikan kembali kehadapan saudara-saudara, seperti yang kita ketahui bahwa cinta kasih dalam kamus bahasa Indonesia memilki arti perasaan sayang,perasaan,rindu, dan perasaan iba, nah,bagaimana hindu memandang konsep cinta kasih? Dalam bahasa sansekerta cinta kasih bukan harus memiliki melainkan apa yang sudah ada petut dipelihara dan dibina dengan penuh kesadaran tanpa keterikatan, hal ini ditegaskan dalam Bhagavadgita XII . 13:

Advesta sava bhutanam,maitrah karuna evaca

Nirmamo niraham karah,sama dukha-sukha ksmi

Artinya

Dia yang tidak membenci segala mahluk, bersahabat dan cinta kasih bebas dari keakuan dan keangkuhan, sama dalam suka maupun duka dan pemberi maaf.

Saudara-saudaraku umat saudarma yang berbahagia

Menyimak sloka tersebut bahwa sesungguhnya rasa cinta kasih harus ditumbuhkan dari diri kita sendiri dan untuk orang lain karena kita ketahui dalam tubuh manusia bersamayam Sang hyang Atman yang merupakan percikan-percikan sinar suci kebesaran-Nya oleh karena itu Atman yang ada dalam diri kita dan orang lain adalah sama, hanya unsure duniawi manusia yang berbeda ada dianugrahi kecantikan ,ketampanan , kecerdasan janganlah hal itu dijadikan perpecahan, seperti Hindu mengajarkan tentang konsep “Tat Twam Asi” yaitu dia adalah aku, artinya bahwa menyakiti orang lain berarti menyakiti diri sendiri sebaliknya menolong orang lain berarti menolong diri sendiri dan menghina orang lain sama halnya menghina Tuhan mengapa demikian ? karena manusia adalah ciptaannya, nah maka dari itu perbedaaan adalah hiasan dunia sesungguhnya ibarat sebidang taman yang indah tentunya kita melihat didalamnya ada bermacam-macam tanaman bunga yang menghiasinya seperti ada melati, ada mawar,anggrek dan tanaman lainya, sama halnya kita diciptakan oleh Tuhan beranaeka ragam suku ,ras,agama,dan propesi yang berbedaitu semua adalah anugrah ,coba bayangkan saudara-saudaraku jika didunia ini semua menjadi tukang becak siapa yang mau naik becak begitupun juga wajah kita sama semuanya bagimana cara kita mengenal orang lain ini menunjukan bahwa perbedaan merupakan warna-warni kehindahan tentunya untuk menjaga perbedaan ini tiada lain adalah mengembangkan rasa cinta kasih. Cinta kasih dapat terwujud apabila kita benar-benar menerapkan ajaran Tri Kaya Parisuda yaitu berfikir yang baik dan suci ,berkatayang membawa kesejukan bagi orang lain, serta berbuat yang baik. Yang paling utama kita kendalikan dan bersihkan adalah pikiran sebagaimana ditegaskan dalam Saracamucaya 79:

Manasa nicayam kertwa yo tato waca widyate

Kriate kramanam pascat pradanam wai manastatah

Artinya

Pikiran adalah unsur yang menentukan jika penentuan hati telah terjadi mulailah orang berkata dan berbuat jadi pikiran adalah sumber pokoknya

Para hadirin umatku yang saya banggakan

Dari sloka tersebut yang dapat kita petik adalah pikiran itu sangat liar tidak menentu arahnya kadang-kadang banyak cita-cita namun banyak pula keragu-raguan sehingga pikiran ibaratkan sebidang sawah apabila sawah tidak pernah dibersihkan maka akan ditumbuhi rerumputan,rrumputan yang ada dalam sawah tersebut tida juga dibersihkan maka akan ditumbuhi semak belukar,tumbuhan dan semak belukar masih saja dibiarkan maka lama kelamaan akan ditumbuhi oleh pepohonan di sawah tersebut. lama-kelamaan akan menjadi hutan rimba yang menakutkan. Jika sudah menjadi hutan maka akan ada binatang-binatang buas didalamnya. Intinya adalah jangan biarkan pikiran-pikiran buruk menumpuk dalam diri kita hilangkan sifat-sifat iri hati dalam diri kita. Ya baru melihat si A sukses dalam bidang ekonomi si B mengatakan wah dia nyari babi ngepet nah sifat iri hati itu perlu kta bersihkan, jadikanlah kesuksesan orang lain adalah kesuksesan kita dan sebagai motivasi untuk lebih berkarma baik Jika hal itu dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari saya yakin tidak ada perpecahan didunia ini,rasa damai dan cinta kasih akan menebar ditengah-tengah kita

Para hadirin umat saudarma yang berbahagia

Tentu setiap orang mendambagakan rasa damai dan cinta kasih namun yang menjadi pertanyaan adalah bagaima dinegara kita? Sedangkan di Negara kita adalah negara yang beragama tetapi masih saja terjadi permusuhan,kekerasan hal itu menunjukan bahwa dalam kehidupan beragama hanya dilandasi ritual semata tanpa adanya spiritual banyak yang taat beragama tapi masih saja melakukan tindakan kekerasan. Sekali lagi saya katakan bahwa kurangnya cinta kasih dan toleransi dalam kehidupan kita kalau kita melihat lebih dalam lagi ritual keagamaan kita telah dilaksanakan menurut sastra suci namun sudahkah kita memaknainya ? untuk itu mari kita renungkan bersama salah satu wujud cinta kasih yang diterapkan dalam Hindu contoh pada hari raya nyepi coba bayangkan pada saat itu berapa juta mahluk hidup yang diselamatkan dengan berhentinya akatifitas manusia jadi begitu mulianya Hindu mengajarkan kedamaian kepada umatnya terlebih-lebih konsep nyepi diakui Dunia Internasional tentunya menjadi kebanggaan sebagai penganutnya.di tengah-tengah pertemuan para ahli di dunia dalam membahas isu pemanasan global kembali lagi konsep nyepi mendapat apresiasi sebagai alternative mencegah terjadinya pemanasan global yaitu mematikan komponen-komponen listrik untuk sehari dalam setahun saudara-saudaraku tentunya tidak perlu ragu dengan weda bawasannya memiliki ajaran yang universal hidup dari zaman ke zaman

Para hadirin umat sedharma yang berbahagia

Dapat saya simpulkan bahwa cinta kasih sangat diperlukan daam kehidupan sehari-hari pandanglah bahwa isi jagat raya ini yang bersemayam adalah Brahman Tuhan itu sendiri dalam percikan-percikan terkecil yang disebut atman, jika itu disadari saya punya keyakinan tidak lagi ada perkelahian,permusuhan dan mementingkan diri sendiri untuk itu mari umatku sedharma tumbuhkan rasa cinta kaih terhadap sesama. kepada Brahman dan terhadap alam semesta sebagai rumah kita menjalani karma wasana atau yang disebut degan Tri Hita Karana maka kedamaian dan keharmonisan aka ada ditengah-tengah kita

Demikianlah dharma wacana yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi umat sedharma apabila hal-hal yang saya sampaikan ada yang tidak berkenan mohon dimaafkan karena saya adalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kehilafan. Akhir kata saya ucapkan parama santhi

Om shanti shanti shanti Om

Mengapa Hindu Mempercayai Hukum Karma Phala?

Oleh: Wayan wyasa

Om Swastyastu
Om Ano Badrah Kratavo Yantu Visvatah
Pertama-tama puji Syukur kita panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Whidi Wasa karena sampai saat ini kita masih diberikan kesehatan. Pada kesempatan yang penuh berkah ini saya akan membawakan dharma wacana dengan topik: Mengapa Hindu Mempercayai Hukum Karma Phala 

Seperti yang kita ketahui bahwa karma phala dan reingkarnasi merupakan bagian dari sradha dan saya yakin umat sedharma telah mengetahuinya namun tidak ada salahnya bagi saya untuk mengingatkan kembali
Kata Karma Phala sudah umum orang mendengarnya. Kata ini sering di jadikan judul film atau sinetron. Bahkan jika ada orang yang terkena musibah kita sering mengatakan bahwa orang tersebut mendapat karma phala. Karmaphala terdiri dari dua kata yaitu karma dan phala, berasal dari bahasa Sanskerta. "Karma" artinya perbuatan dan "Phala" artinya buah, hasil, atau pahala. Jadi Karmaphala artinya hasil dari perbuatan seseorang. 

Kita percaya bahwa perbuatan yang baik (subha karma) membawa hasil yang baik dan perbuatan yang buruk (asubha karma) membawa hasil yang buruk. Jadi seseorang yang berbuat baik pasti baik pula yang akan diterimanya, demikian pula sebaliknya Karmaphala memberi keyakinan kepada kita untuk mengarahkan segala tingkah laku kita agar selalu berdasarkan etika dan cara yang baik guna mencapai cita- cita yang luhur dan selalu menghindari jalan dan tujuan yang buruk.Phala dari karma itu ada tiga macam yaitu:
1. Sancita. Karma phala yaituPhala dari perbuatan dalam kehidupan terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih merupakan benih yang menentukan kehidupan kita sekarang.
2. Prarabda Karma phala yaituPhala dari perbuatan kita pada kehidupan ini tanpa ada sisanya lagi. Jadi umat Hindu sering menyebutnya karma cicih apa yang kita perbuat dinikmati pada saat kehidupan sekarang
3. Kriyamana Karma phala yaitu Phala perbuatan yang tidak dapat dinikmati pada saat berbuat sehingga harus diterima pada kehidupan yang akan datang. Sancita dan kriamana yang menyebabkan terjadinya kelahiran masa sekarang dan masa yang akan datang

Bapak ibu umat sedharma yang berbahagia, Itulah sebabnya mengapa orang-orang Hindu lebih takut untuk berbuat jahat. Mereka takut apa yang bakalan terjadi pada kehidupan yang akan datang. Karena perbuatan yang baik atau tidak baik akan berdampak pada kehidupan yang akan datang.
Hukum karma Phala dapat dijelaskan pula dengan hukum rata-rata. Pernah dilakukan penelitian terhadap mahasiswa di Amerika Serikat oleh sebuah universitas Dale Carniage. peneliti mencari 1000 pelajar yang dianggap memiliki tingkah-laku yang baik dan sopan ( kelompok A) dan 1000 pelajar yang di anggap memiliki sikap kurang bagus (Kelompok B). nah Setelah 5 tahun berlalu apa yang terjadi saudara-saudara ke-2000 pelajar tadi di cek kulitas kehidupannya maka hasil yang ditemukan adalah 90 % dari kelompok A orang-orangnya sukses dan yang terjadi pada kelompok B, 90 persen orang-orang tersebut hidupnya gagal.
Umat sedharma yang berbahagia Nah,bagaimana kita menciptakan masa depan kita dengan setiap pikiran, perkataan dan perbuatan. Orang Hindu sangat percaya dan yakin sekali kalau Tuhan itu sangat adil benar saudara-saudara. Siapa yang harus diberikan kekayaan, wajah cantik, wajah buruk, penderitaan, kesenangan .Hal itu tidak lepas dari karma baik tau buruknya seseorang. baik di kehidupan yang terdahulu maupun sekarang. tapi saya melihat disini para umat sedharma semuanya cantik dan ganteng saya yakin pasti kelahiran dari sorga cyute Pada awal sudah dijelaskan sedikit mengenai hukum karma phala. Karma yang artinya perbuatan dan phala adalah hasil dari perbuatan itu. Suatu penyakit tentu pasti ada yang menyebabkan. Demikian pula penderitaan yang terjadi pasti ada penyebabnya. Namun penderitaan dapat diatasi yaitu dengan mengingat karma. Sebagaimana yang disebutkan dalam Bhagawad Gita Adyaya V Sloka 19:
Na Prahrsyet priyam prapya capriyam sthira-budhir asammudho brahma-vid brahmani stitah
Artinya:
Seseorang Hendaknya tidak bergembira dalam mendapatkan apa yang menyenangkan ataupun bersedih dalam menerima apa yang tak menyenangkan Ia yang memahaminya mantap tak terbingungkan yang mengetahui Tuhan seperti itu tetap teguh dalam Tuhan 

Umat Sedharma yang berbahagia Kalau kita menderita biasanya kita menyesali nasib kita. Jika kita beruntung, kita puji nasib kita. Tetapi sebenarnya kita tidak usah menyesali atau memuji , karena hal itu sudah menjadi bagian kita, sebagai akibat dari karma kita yang terdahulu. Hidup ini ibaratkan seperti pemain sinetron kita sebagai actor atau aktrisnya sedangkan skonario yang kita mainkan sudah diatur oleh sutradara Kita Cuma menjalani peran tersebut sebagaimana yang telah tertulis dalam skonario, kita tidak dapat menghindari peran kita itu apakah baik ataukah buruk. maka kita harus menerima tanggung jawabnya . Kita tidak punya hak untuk menyesali orang lain atas penderitaan yang kita terima. Tetapi satu hal yang kita dapat perbuat dalam kehidupan ini yaitu kita berhak untuk membuat hidup kita yang akan datang bahagia. Nasib kita ada ditangan kita sendiri bukan ditangan Tuhan ,Tuhan hanya bemberi jalan. Untuk itu mari kita berbuat baik selalu pastilah kita akan menerima kebahagiaan. Baiklah umat sedharma yang berbahagia saya ingin mengajak saudara-saudara untuk mendengarkan bercerita tentang kejadian baik atau buruk:

Ada seorang peternak yang miskin hanya mempunyai satu harta yang berharga yaitu seekor burung merpati betina yang sangat bagus dan cantik. Orang-orang disekitarnya sangat mengagumi dari burung betina tersebut. Para tetangga mengatakan kepada Peternak sangat beruntung memiliki burung dara yang begitu cantik. Namun Peternak sendiri tidak tahu dengan memiliki burung yang bagus merupakan hal baik atau buruk. Yang hanya dia tahu bahwa ia saat ini sedang memiliki burung betina yang cantik. Itu saja. Pada suatu hari burung daranya kabur. Ketika peternak itu bangun, ia sudah mendapati bahwa burungnya hilang. Terus Para tetangga datang dan menyatakan keprihatinnya. Banyak tetangga mengatakan betapa buruknya nasib peternak tersebut punya satu burung kabur lagi. Namun peternak tidak mengetahui apakah ini nasib buruk atau baik.Yang ia tahu saat ini burungnya cantiknya sudah hilang. Itu saja. Kurang lebih satu minggu kemudian, burungnya kembali sambil mengajak 7 ekor dara jantan yang gagah diatas atap rumahnya. Para tetangganya mengatakan bahwa si Peternak itu sangat beruntung. “ selain burung betinya kembali ia juga mengajak 7 ekor burung jantan lainnya”. Namun lagi-lagi si peternak tidak mengetahui hal yang baik atau hal yang buruk. Dia hanya tahu burung betinya pulang dan mengajak 7 ekor burung jantan. Ketika melihat banyak burung jantan, anak laki-laki dari Peternak berusaha naik keatap untuk mengambil salah satu burung dara jantan dan ingin menjualnya. Tetapi celaka menimpa si anak jatuh dari atap dan mengalami patah kaki. Para tetangga berkomentar “sial betul nasib anak peternaki”, tetapi ayah dari anak tersebut tidak tahu apakah kaki yang patah itu merupakan hal yang baik aau hal yang buruk. Ia hanya tahu bahwa kaki anaknya patah. Tak lama setelah itu, raja mngutus para tentaranya yang berpangkat tinggi ke daerah-daerah. Mereka mencari anak-anak muda yang sehat untuk ikut berperang bersama mereka. Anak laki-laki sang pemilik burung dara tidak bisa ikut karena kakinya patah. Para tetangga datang dan mengatakan bahwa dia sangat beruntung karena anaknya tidak harus ikut berperang. Terus lagi-lagi peternak itu berkata, “ saya tidak tahu apakah ini merupakan hal yang baik atau hal yang buruk, yang saya tahu, anak saya kakinya patah dan tidak diwajibkan untuk ikut berperang”. Nah saudara-saudara umat sedharma Cerita diatas jika diteruskan tidak akan ada habis-habisnya!. Intinya adalah kita tidak bisa tahu apa yang akan terjadi di masa depan dan tidak tahu pula apakah dengan berjalannya waktu situasi tertentu dalam kehidupan bisa menguntungkan atau tidak.pada Situasi tertentu dalam keadaan tertentu tidak bisa dikatakan baik atau buruk. Kehidupan terdiri dari sejumlah kejadian, karena itu penting bagi kita untuk memahami bahwa kejadian-kejadian yang menimpa kita bersifat netral. Kejadian-kejadian serta bagaimana kita menyikapinyalah yang bisa kita jadikan cerminan, yakni bagaimana kita bisa bereaksi dan mengambil tindakan. Sebagaimana yang tertuang dalam Sarasamuscaya sloka 4 menyebutkan:
Apang iking dadi wwang uttama juga ya nimittaning mangkana wenang ye tumulung awaknya sangkeng sengsara makashadanang subhakarma hinganing kottamaning dadi wwang ika.
Artinya:
Menjelma menjadi manusia itu adalah sungguh-sungguh utama sebabnya demikian karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara lahir dan mati berualang-ulang dengan jalan berbuat baik demikian keuntungan menjelma menjadi manusia 
 
Jadi hukum karmaphala tidak menyebabkan putus asa dan menyerah pada nasib (fatalistis) tetapi positif dan dinamis. Ini harus disadari. Kita harus sadar bahwa suatu saat penderitaan itu akan berakhir dan berganti dengan kebahagiaan, asal kita bisa berbuat baik selalu walaupun dalam keadaan yang menderita sekalipun. Dengan kesadaran ini ,kita tidak perlu sedih atau menyesali orang lain karena mengalami penderitaan dan tidak perlu sombong karena mengalami kebahagiaan. Walau hukum karma phala seolah-olah berdiri sendiri di dalam lingkaran sebab akibat, tetapi itu tidak terlepas dari kekuasaan Sang Hyang Widhi. Benar bahwa perbuatan seseorang itu menentukan phalanya, tetapi mengenai macamnya buah dan waktu pemetikannya itu tergantung kepada ke adilan Tuhan. Sang Hyang Widhi yang menentukan phala dan karmanya. Ibarat menabur benih tidak mungkin langsung seketika berbuah pada saat itu juga namun akan berbuah kelak dikemudian hari dan apapun yang kita tanam maka itu pulalah akan kita petik 

Saudara-saudara umat sedharma yang berbahagia dapat saya simpulkan bahwa kita wajibmengamalkan ajaran agama yang tertuang dalam hukum karma phala untuk membentengi moral kita dari prilaku yang bertentangan dengan ajaran agama ibarat kerajaan jika bentengnya sudah hancur maka dengan mudah musuh-musuh menyerang kerajaan tersebut,walaupun kita hendak meninggalkan hukum karma phala namun akan tetap menunjukan eksitensinya terhadap tindak- tanduk kita sebagai manusia

Umat sedharma yang berbahagia demikianlah dharma wacana yang dapat saya sampaikan mudah-mudahan bermanfaat bagi saudara-saudara jika ada salah kata yang terucap saya mohon maaf karena setiap manusia tidak luput dari kesalahan akhir kata saya ucapkan Parama Santi .
Om Santih Santih Santih Om




Konsep Tri Hita Karana Sebagai Harapan Di Tengah Perkembangan Global”

DHARMA WACANA

Oleh : I Wayan Wyasa

Om swastyastu

Om ano badrah kratavoyantu wisvatah

Artinya:

Semoga pikiran baik datang dari segala penjuru

Bapak-bapak, Ibu-ibu serta umat sedharma yang saya muliakan

Pertama-tama marilah kita panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa karena atas asung kerta waranugraha-Nya kita dapat berkumpul bersama-sama di tempat yang penuh dengan kedamaian.

Bapak/ibu umat sedharma yang berbahagia

Melihat fenomena yang terjadi saat ini tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan semakin rapuh. Bumi dengan usianya yang semakin tua seakan-akan diterlantarkan oleh pengasuhnya yaitu manusia. Hanya sedikit dari kita saat ini yang benar-benar mau peduli dengan dilema tersebut. Kemampuan yang kita punya semata-mata untuk mengejar kepentingan globalisasi, Lingkungan maupun alam yang memberikan kenyamanan benar-benar dilecehkan hanya untuk keegoisan kita. Hingga pada suatu ketika alampun menunjukkan perubahan yang sangat luar biasa seperti yang terjadi saat ini yaitu Perubahan Iklim. Udara yang dulu sangat segar berubah menjadi sesak, hujan yang semestinya turun berubah menjadi panas yang mengengat,musim saat ini menjadi tidak menentu, hal ini menyebabkan ketidaknyamanan dalam kehidupan di Dunia ini, demikianlah kenyataan terjadi saat ini. Untuk itu dalam kesempatan yang ini saya ijinkan saya membawakan dharma wacana dengan topik:” Konsep Tri Hita Karana Sebagai Harapan Di Tengah Perkembangan Global

Hadirin umatku sedharma yang berbahagia

Seperti yang kita ketahui bersama Tri Hita Karana tidak asing lagi bagi kita yaitu Tiga hubungan yang menyebabkan kebahagiaan.Nah,hubungan yang dimaksud disini adalah hubungan baik manusia dengan Ida Sang hyang Whidi Wasa (parahayangan), kemudian yaitu hubungan baik manusia dengan sesamanya (Pawongan) yang ketiga adalah hubungan baik manusia dengan lingkungan atau alam semesta (Palemahan)

Hubungan baik manusia dengan Ida Sang Hyang Whidi Wasa merupakan wujud bhakti kita kepada-Nya karena manusia adalah mahluk ciptaan-Nya sedangkan Atman yang ada dalam diri manusia merupakan percikan-percikan sinar suci kebesaran-Nya, manusia adalah mahluk ciptaan yang paling utama sebagaimana yang ditegaskan dalam Sarasamuscaya Sloka 4 :

Apang iking dadi wwang uttama juga ya nimittaning mangkana wenang ye tumulung awaknya sangkeng sengsara makashadanang subhakarma hinganing kottamaning dadi wwang ika.

Artinya:

Menjelma menjadi manusia itu adalah sungguh-sungguh utama sebabnya demikian karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara lahir dan mati berualang-ulang dengan jalan berbuat baik demikian keuntungan menjelma menjadi manusia

Bapak/ibu umatku sedharma yang berbahagia

Menyimak sloka tersebut manusia adalah ciptaan yang paling sempurna diantara semua ciptaan-Nya, dimana manusia memiliki Tri Pramana yaitu Bayu,sabda dan idep/pikiran dengan kelebihan yang kita miliki tentunya dipergunakan untuk menjalankan swadharma sebagai insan yang mulia . Begitu melimpahnya anugrah Tuhan kepada bhaktanya. Pernahkah saudara-saudaraku menyadari anugrah-Nya? mari kita renungkan bersama, manusia mampu menciptakan teknologi yang canggih seperti lampu listrik untuk menerangi belahan dunia namun tidak bisa menandingi cahaya yang berasal dari matahari yaitu ciptaan Tuhan, begitupun juga pompa air dipasang manusia belum bisa menghasilkan air yang banyak seperti hujan turun dari langit, untuk listrik maupun pompa air yang kita gunakan kita harus membayar semua biaya pengadaannya, jika demikian halnya bukankah kita berutang termakasih kepada Tuhan yang menyediakan udara,cahaya air yang kita nikmati secara gratis ! Menyimak hal tersebut kita harus menunjukan rasa terima kasih dan bhakti kita kepada-Nya. Rasa sujud dan bhakti dapat kita nyatakan dengan puja dan puji kebesaran_Nya yaitu dengan bersembahyang dan mengamalkan ajaran agama serta didasari dengan cinta kasih yang tulus kepada-Nya, berbicara tentang cinta tentu dibenak kita terlintas bahwa dua insan yang saling mencintai untuk itu saya ingin bertanya kepada saudara-saudara. Apakah saudara-saudara pernah merasakan cinta kepada seseorang? Saya yakin semuanya pernah mengalami termasuk saya, Nah mari bandingkan saudara-saudara, mencintai pasangan melebihi cinta kepada Tuhan, mengapa? Pacar kita marah, mati-matian kita meminta maaf, Nah Bagaimana kalau Tuhan sudah mulai mengingatkan kita dengan bencana-bencana yang melanda saat ini. Apakah kita sudah berdoa seharian meminta maaf kepada Beliau?. Pacar menyuruh datang kerumahnya tanpa menghiraukan derasnya hujan dinginnya angin malam kita datang dengan senang hati Nah, bagaimana kalau Tuhan menyuruh kita datang kerumah-Nya ? jangankan hujan ataupun malam pada saat cuaca cerahpun kita seolah-olah lupa . Jadi hal ini menunjukan bahwa kita lebih mengutamakan kepentingan duniawi dari pada kepentingan spritual seharusnya keduanya harus seimbang antara duniawi dengan spritual sehingga keutamaan menjelma menjadi manusia benar-benar tercapai.

Umat sedharma yang saya muliakan

Mari kita lanjutkan antara hubungan baik manusia dengan sesamanya. Manusia sebagai mahluk sosial tidak dapat hidup menyendiri melainkan membutuhkan orang lain bahkan untuk mengembangkan bakat yang ada dalam diri kita juga membutuhkan orang lain.oleh karena itu hubungan antar sesama harus selalu baik dan harmonis sebagaimana disebutkan dalam Upanisad ”Vasudhaiva Kutumbakam ” semuanya adalah saudara meskipun kita dilahirkan dengan fisik ,ras,suku dan profesi yang berbeda janganlah hal itu dijadikan batu sandungan, semua perbedaan yang ada merupakan hiasan dunia ibaratkan pelangi memiliki kombinasi warna yang berbeda-beda sehingga indah dipandang, jadi perbedaan itu adalah warna-warni kehindahan . Tentunya untuk memelihara kehindahan itu kita perlu mengendalikan diri dan mengamalkan ajaran Tri Kaya Parisudha yaitu dengan berfikir yang baik dan bersih,berkata yang baik serta berbuat yang baik antar sesama tentunya dalam kehidupan baik dikeluarga maupun di masyarakat yang harus kita kendalikan dan bersihkan terlebih dahulu adalah ”pikiran ” seperti yang tegaskan dalam Sarasamuscaya sloka 79 :

Manasa nicayam kertva tato vaca vidhiyate kriyate

karmana pascat pradanam vai manasstatah

Artinya:

Pikiran adalah unsur yang menentukan jika penentuan hati telah terjadi mulailah orang berkata dan berbuat jadi pikiranlah sumber pokoknya

Hadirin umatku sedharma yang berbahagia

Pesan yang dapat kita petik dari sloka tersebut bawasannya Pikiranlah yang menggerakan perbuatan baik dan buruk , pikiran itu sangat liar tidak menentu arahnya banyak cita-cita namun banyak pula keragu-raguan .jika ada yang dapat mengendalikan pikiran maka dia akan mencapai kebahagiaan,oleh sebab itu pikiran ibaratkan sebidang sawah apabila sawah tidak pernah dibersihkan maka akan ditumbuhi rerumputan.Apabila rerumputan yang ada dalam sawah tersebut tidak juga dibersihkan maka semak belukar dan pepohonan akan tumbuh didalamnya, sehingga lama kelamaan akan menjadi hutan,Nah ,jika sudah menjadi hutan maka akan ada binatang-binatang buas didalamnya jadi intinya adalah jangan biarkan pikiran-pikiran kotor terus menumpuk dalam diri kita hilangkan rasa benci,iri hati yang ada dalam diri kita sehingga dalam kehidupan bermasyarakat terjalin hubungan saling asah saling asuh dan saling asih antar sesama kehidupan akan menjadi aman dan tentram sehingga kedamainpun akan kita proleh di dunia ini.

Umat sedharma yang berbahagia

Mari kita lanjutkan antara hubungan manusia dengan lingkungannya, Saudara-saudaraku ternyata Hindu tidak hanya mengajarkan umatnya untuk melaksanakan hubungan baik manusia dengan Tuhan dan sesamanya tetapi juga alam semesta tempat kita berpijak. Karena tanpa adanya alam semesta kehidupan di dunia ini tidak bisa berjalan dengan baik untuk itu Hindu mengajarkan untuk merawat alam semesta seperti merawat badan kita sendiri, pernyataan ini ditegaskan dalam Srimad Bagawatam 2 . 1 . 32-33 :

Udara adalah nafas-Nya pohon adalah rambut dan badan-Nya lautan adalah pinggang-Nya pebukitan dan pegunungan adalah tulang-Nya sungai adalah pembuluh darah-Nya gerak-Nya adalah bergulirnya waktu

Kutipan tersebut mengilustrasikan bahwa alam sama seperti badan manusia apabila salah satu bagiannya mengalami luka maka seluruh badan akan ikut kesakitan saya contohkan Tangan kita luka tidak hanya tangan sakit tetapi seluruh badan kita, sama halnya dengan orang yang tidak bertanggung jawab dengan menebang hutan secara liar maka dampaknya bukan hanya hutan saja yang rusak melainkan seluruh bagian-bagiannya juga terkena imbasnya. Alam sebagai Ibu Pertiwi sudah mulai menangis saudara-saudara, melihat pengasuhnya yang tidak merawatnya dengan baik, maka alampun mulai berbicara dan marah melalui bencana-bencana seperti stunami, gempa bumi tanah longsor banjir dan bencana lainnya yang mengerikan yang terjadi dibelahan dunia maka dari itu semasih kita diberikan peringatan mari saudara-saudara sekalian rawat alam semesta ini dengan cinta kasih sebagaimana yang diajarkan hindu untuk memuliakan Matahari,lautan,gunung dan sebagainya karena semua itu merupakan sumber kehidupan ,Nah, dari sinilah muncul konsep yadnya atau korban suci yang diwujudkan dalam bhuta yadnya, istilah bhuta disini bukan apa yang dinamakan hantu ataupun setan melainkan bahwa bhuta adalah hama penyakit yang beracun,yang menyebabkan penyakit pernyataan ini saya temukan dalam Atharwa Weda : IV . 37 ,hama penyakit ini dapat dinetralisir dengan upacara bhuta yandnya atau mecaru yaitu untuk mengharmoniskan hubungan manusia dengan alam lingkungan agar keseimbangan selalu terjaga. sebagai wujud cinta kasih yang mendalam sudara-saudara umat hindu merayakan hari raya Nyepi ternyata memiliki makna yang sangat mulia kepada semua makluk saudara-saudaraku coba bayangkan dimana pada saat Nyepi berapa juta mahuk hidup yang yang terselamatkan dengan berhentinya aktifitas manusia saat itu jadi begitu bijaknya hindu mengajarkan kasih sayang kepada semua mahluk

Saudara-saudaraku umat sedharma yang berbahagia

Dapat saya simpulkan bahwa Tuhan dengan segala manifestasinya menciptakan alam semesta beserta isinya dimana manusia berkewajiban untuk menjaganya dengan cinta kasih. karena mencintai sesama dalam bentuk pelayanan,merawat alam dalam bentuk pelestarian terhadapnya dan memuja Tuhan dalam wujud bhakti memiliki nilai yang sama yaitu Tuhan manusia dan alam adalah tiga kaki yang saling menopang satu dengan yang lainnya .jika salah satu kaki dihilangkan maka kedua kaki yang lainnya tidak bisa berdiri dengan tegak .untuk itu saya ingin mengajak saudara-saudara sekalian untuk bener-bener mengamalkan ajaran yang mulia ini karena konsep ini merupakan alternatif untuk menghadapi pemanasan global yang sudah kita rasakan saat ini.

Demikianlah dharma wacana yang dapat saya sampaikan mudah-mudahan bermanfaat bagi saudara-saudara jika ada salah kata yang terucap saya mohon maaf karena saya menyadari tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini khir kata saya ucapkan Parama Santih .

Om Santih Santih Santih Om

.