Saturday, May 24, 2014

Love All Berawal dari Memberi


Oleh : Wayan Wyasa



         Kata memberi  sudah tidak asing terdengar di telinga kita, bahkan setiap ajaran Agama menganjurkan umatnya untuk memberi, karena memberi adalah suatu tindakan nyata untuk belajar ikhlas. Orang terkadang kebanyakan lebih senang meminta dari pada memberi. Padahal ada dua sisi yang berbeda disini, yang mana ketika kebiasaan sering meminta maka sesungguhnya menunda kemandirian diri, terlebih lagi sebagian orang tua yang mampu dari segi ekonomi memenuhi segala kebutuhan anaknya meskipun kebutuhan yang tidak penting dalam menunjang pendidikan dan karakternya. 
      Hal ini akan menjadi kebiasaan tidak mampu mandiri, bahkan ketika telah berumah tangga ia telah menjadi tulang punggung keluarga dan kebetulan ekonominya sedang tidak beruntung akan menimbulkan gejolak dalam hidupnya, karena telah menjadi sebuah kebiasaan segala kebutuhannya terpenuhi. Sebenarnya sebagai orang tua memanjakan anak sesungguhnya menjerumuskan anak itu sendiri, akan lebih baik memberikan batas-batas tertentu atas segala keinginannya. Hal yang penting adalah membangun jiwa anak tersebut layaknya sebuah ujian sehingga terbentuk karakter dan kemandirian, oleh karenanya memanjakan sebenarnya bukan cara mendidik yang ideal bagi seorang sang anak.
      Dalam hal  memberi, ada dua persoalan yaitu memberi karena ikhlas dan memberi karena  mengharapkan umpan balik, tentu keduanya akan menimbulkan dua hal yang berbeda dan hasil yang berbeda pula  di mata sosial masyarakat. Memberi dengan mengharapkan umpan balik kurang lebih hampir sama dengan bisnis, memberi yang seperti ini terkadang cinta kasih dikesampingkan karena ada sebuah tuntutan. Layaknya sebuah perusahan yang ingin menjadi sponsor tatkala ada peluang yang menguntungkan bagi perusahanya maka tak tanggung-tanggung memanfaatkan kesempatan tersebut. Hal  ini bisa dikatakan memberi karena motif, tentu kita tidak pungkiri perusahan itu butuh hasil atau keuntungan, akan tetapi bunga cinta kasih tidak akan berbuah dalam situasi yang demikian.
       Sedangkan memberi dengan tulus, ini sesungguhnya yang paling utama karena dimana ada ketulusan disana ada cinta dan kasih sayang, ketika seseorang memberi sesuatu kepada orang lain didasari dengan cinta kasih, walaupun hal itu secara nominal tidak terlalu besar maka di antara keduanya akan terbangun cinta kasih dan kelembutan, karena yang ditonjolkan dalam ketulusan adalah membangun cinta bukan berharap materi.  sehingga hubungan yang demikian akan menguatkan tali persaudaraan, perlu digarisbawai segala memberian yang dilakukan secara ikhlas dan tidak ikhlas akan mendatangkan hasil, hanya saja letak perbedaannya  pada mental dan emosi saat iklas dan tidak iklas ketika memberi. 
    Pada dasarnya setiap pemberian akan ada balasan, karena begitulah hukum alam (sebab akibat). meskipun orang yang kita beri tidak membalas suatu saat orang lain yang akan memberi sesuatu kepada kita. Hukum alam bekerja sangat rapi, tak satupun tindakan yang dilakukan tidak ada hasilnya, karena inilah hukum sebab akibat kembali saya tekankan. dari disinilah dapat dilihat perbedaan yang luar biasa ketika ketulusan itu yang menjadi dasar, yang pertama akan terbangun sebuah cinta kasih antara si pemberi dan si penerima, bisa dibayangkan bagaimana indahnya diantara keduanya.
       Kemudian yang kedua walaupun si pemberi tidak mendapat imbalan dari yang diberi akan tetapi alam yang akan mengkalkulasikan dengan balasan yang setimpal bisa disebut seperti investasi karma. Jadi begitu besar pengaruh ketulusan terhadap kehidupan dunia bahkan akan sangat berpengaruh kepada kedamain dunia, namun saat ini, disetiap keadaan ketulusan itu benar-benar dikesampingkan sehingga kondisi keadaan terasa lebih kasar dan keras, lain halnya ketika di suatu tempat terjalin ketulusan yang menjadi dasarnya akan lebih indah dan membahagiakan, jadi esensi sebuah kehidupan adalah ketulusan sehingga semua agama mengajarkan umatnya tentang ketulusan tujuannya, tiada lain untuk kelembutan dan kedamaian dunia, apakah ketulusan itu bisa dilihat ataupun diukur ? dan bagaimana cara menumbuhkan ketulusan tersebut? cara untuk menumbuhkan ketulusan adalah dengan terlebih dalulu belajar memberi dan mencintai tanpa membedakan orang lain. 
    Tentu  terasa mudah diucapkan tapi sulit dilakoni, kita mudah mengucapkan dalam bahasa inggris love all tapi kenyataannya love someone, seperti seorang kekasih terkadang cintanya hanya tercurah kepada pasangannya, bahkan sering ungkapan kita dengar cintaku hanya untuk kamu, sesungguhnya itu adalah cinta berbalut emosi, kalau ditelusuri orang yang mempunyai anggapan seperti itu belum mengenal arti sebuah cinta, Tetapi  sesungguhnya cinta itu untuk semua orang, bukan berarti kita mengobral diri, inilah yang keliru. kita dapat melihat seseorang  ketika  mulai tumbuh cinta kasihnya, lewat hal yang paling sederhana mulai dari makan,  ketika orang itu memiliki makanan yang cukup untuk porsinya tapi ada yang ingin mencicipi atau meminta sebagian jika ia rela bemberi berarti dia telah mulai tumbuh cinta kasih dalam dirinya jadi memberi adalah cermin keindahan tatkala didasari ketulusan. sehingga berawal dari memberi akan terwujud cinta yang sesungguhnya.

No comments:

Post a Comment