New Majestic Hotel Singapore: New Majestic Hotel located in Singapore, Chinatown, close to Singapore General Hospital, Chinatown Heritage. New Majestic Hotel features an outdoor pool. Other amenities include complimentary wireless Internet access and limo/town car service. Every room has unique interior design, make your stay unforgettable.
Find this cool stuff here: http://zocko.it/LGnUP
Monday, December 1, 2014
Kodja Inn Bali
Kodja Inn Bali: Kodja Beach Inn located in Kuta, Bali, 300 meters away from Kuta Beach, take 15 minute drive from Ngurah Rai International Airport and close to shopping area. Affordable price for a budget traveler and for a short holiday.
Find this cool stuff here: http://zocko.it/LGnTs
Find this cool stuff here: http://zocko.it/LGnTs
Tuesday, June 10, 2014
Yoga dan Realita Kehidupan: Hanya Kecintaan yang Memperkuat Warisan Leluhur
Yoga dan Realita Kehidupan: Hanya Kecintaan yang Memperkuat Warisan Leluhur: Sejak ribuan tahun silam para pencari kebenaran atau para jenius telah berfikir dengan jernih dan intuitif untuk keberlangsungan hidup...
Hanya Kecintaan yang Memperkuat Warisan Leluhur
Sejak ribuan
tahun silam para pencari kebenaran atau para jenius telah berfikir dengan
jernih dan intuitif untuk keberlangsungan hidup pada masanya dan pada masa yang
akan datang. Hal itu telah dibuktikan atas temuan-temuan yang dituliskan dalam
kitab-kitab suci yang telah kita warisi saat ini. Seperti ilmu tentang
pengetahuan abadi (weda), tentang filosofi (Darsana),
tentang ilmu kehidupan (ayurveda),
lontar-lontar dan ilmu diberbagai bidang yang lainnya.
Warisan-warisan tersebut dapat menjadi acuan
dan panutan pada setiap generasi sekarang dan yang akan datang. Tak
terbayangkan seandainya para pendahuhu kita tidak mewariskan apa yang telah
mereka temukan. Apa yang tejadi pada generasi sekarang dan yang akan datang ?
sudah tentu yang terjadi adalah kehancuran di segala bidang kehidupan.
Syukurnya para penemu kebenaran tidak memikirkan hanya untuk kepentingan
dirinya sendiri tetapi berfikir besar dan bertindak besar untuk kepentingan
yang lebih besar.
Sifat-sifat yang
demikian semestinya para generasi muda mewarisinya dan menjadikan acuan serta
panutan di setiap karya dan tindakannya, peninggalan-peninggalan yang berharga
dan bernilai sejarah serta kebenaran sejati yang telah diwariskan kepada kita
tidak semata-mata hanya menjadi cagar budaya ataupun menghiasi museum-museum
bahkan hanya menjadi pajangan di perpustakaan ataupun di rak-rak buku yang kita
miliki, akan tetapi semestinya mempelajari, memahami serta mengamalkannya. Namun pada
kenyataannya hanya sedikit generasi muda yang terketuk hatinya untuk menggali
dan mendalami warisan tersebut. Apa yang
menyebabkan demikian?
Salah satunya
adalah telah merosotnya kecintaan
terhadap warisan nilai-nilai luhur akibat pengaruh globalisasi, ketika terjadinya kemerosotan cinta, maka niat atupun usaha
untuk mengetahui, mempelajari, dan mendalami akan sirna layaknya seorang
kekasih yang cintanya mulai pudar banyak alasan atau mencari-cari kesalahan
untuk memutuskan cintanya agar mendapat kekasih baru yang belum tentu baik dari
yang sebelumnya. begitu pula yang terjadi para re-generasi saat ini mulai
mengabaikan nilai-nilai luhur dan menggantinya dengan nilai-nilai baru yang
belum tentu lebih baik. Oleh karena itu
semestinya generasi muda memiliki
kemauan untuk menggali lebih dalam apa yang telah diwariskan oleh para penemu
kebenaran kepada kita.
Ketika melakukan
sesuatu yang didasari dengan “kecintaan” maka seorang pemuda tidak akan
mengenal lelah dan menyerah untuk menjalaninya, dia tidak perduli untung atau
rugi melainkan lebih mengutamakan kepuasan terhadap apa yang didapatkannya. Sehingga hal yang
mendasar ditanamkan adalah menumbuhkan
cinta kepada warisan leluhur. Salah satu contoh dari sekian banyak warisan
leluhur yang tak ternilai harganya adalah yaitu yoga dan ayurveda,
yoga saat ini telah telah
popular di belahan dunia. Barangkali ayurveda masih agak asing di pendengaran
kita. Oleh karena itu Coba kita telusuri
Ayurveda merupakan warisan yang luar biasa kepada umat manusia
dimana berasal dari bahasa sanskertha
yang terdiri dari dua kata yaitu “ayu” yang berarti “kehidupan, kebahagiaan atau keseimbangan, harmonis”
dan “Veda” yang berarti ilmu“pengetahuan, kebenaran, abadi”.
Jadi Ayurveda adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang keseimbangan hidup untuk meraih kebahagian dan keharmonisan dalam
kehidupan. Dari pengertian tersebut bahwa ayurveda merupakan ilmu
praktis atau tantra yang semestinya
diamalkan dalam kehidupan. Tanpa mengamalkannya pengetahuan ayurveda tidak akan
memberikan dampak yang signifikan terhadap kehidupan manusia. Oleh karena itu
prinsip-prinsip ayurveda menjelaskan secara detail tentang bagaimana mewujudkan kehidupan yang
seimbang (balance) sehingga memperoleh kebahagian dan keharmonisan dalam
kehidupan.
Ini merupakan
salah satu warisan yang sangat berharga
belum lagi warisan-warisan lainnya yang tidak kalah hebatnya dalam
keberlangsungan umat manusia, maka jika Tuhan mengijinkan dan merestui saya
akan mendalami salah satu warisan dan akan mendedikasikan hidup saya untuk itu. penulis : Wayan Wyasa seorang Praktisi Yoga
Thursday, May 29, 2014
Ayurveda adalah Ciptaan Tuhan
Berbicara mengenai Āyurveda, maka tidak akan terlepas
dari sejarah Āyurveda itu
sendiri. Beberapa sejarahwan Barat mengatakan Ayurveda
setidaknya telah ada sekitar 1500 SM, bahkan beberapa diantaranya meyakini angka yang
lebih tua, yaitu 3000 SM. Sehingga semua pakar sejarah dan arkeolog
meyakini bahwa Ayurveda merupakan buku medis tertua di dunia.
Ada beberapa
versi sejarah Ayurveda diantaranya ada dituliskan dalam tesk dan dikisahkan dalam mitologi. Cerita menurut mitologi Ayurveda diciptakan oleh Dewa Dhanwantari yang
merupakan salah satu reingkarnasi
Dewa Wisnu. Dhanwantari merupakan tabib atau dokter ayurveda yang pertama dan salah satu dokter
bedah pertama di dunia. Ia melakukan penyembuhan secara alami dengan sempurna
dan dipercaya telah menemukan obat antiseptik dan obat pencegahan ketika Menyembuhkan
seseorang.
Dhanwantari dalam kitab purana sebagai dokter para Dewa,
dan ahli pengobatan menurut Ayurveda. Dalam tradisi Hindu Dhanwantari dipuja untuk meperoleh
kesehatan bagi diri sendiri maupun untuk orang lain. Selain itu dalam Purana mengatakan bahwa Dhanwantari muncul
dari lautan susu saat para dewa dan asura mencari tirta Amertha
Sedangkan sejarah ayurveda yang ditulis dalam dalam kitab Hṛdayam Sūtrasthāna, ĀyuṣkamīyamAdhyāya
1.2-3 disebutkan:
brahmā smṛtvā ‘yuṣo vedam prajāpatimajigrahat
so ‘svinau tau sahasrāksam so ‘triputrādikānmunīn 3
te
‘gniveśādikāmste tu pṛthak tantrāñi tenire
Artinya:
Brahma
mengingat Āyurvedā (ilmu
kehidupan), kemudian mengajarkannya kepada Prajāpati, dia (Prajāpati)
mengajarkan kepada Aśvin bersaudara,
mereka (Aśvin) mengajarkan
kepada Sahasrākṣa (Dewa
Iñdra), dia mengajarkan kepada
putra Atri (Ātreya Purnavasu atau (Kṛṣṇa Ātreya) dan orang bijak
lainnya, mereka mengajarkan kepada Agniveśa dan
murid lainnya dan mereka (Agniveśa dan
murid lainnya) menulis risalah, masing-masing secara terpisah
Brahma mengingat
kembali Āyurveda, kemudian
mengajarkannya kepada Dakṣa (Prajāpati), selanjutnya Prajāpati mengajarkannya
kepada Aśvin kumara (Asvin
kembar), setelah itu Aśvin bersaudara
mengajarkan kepada dewa Indra
yang merupakan raja para dewa. Ketika penyakit mulai menggangu umat manusia,
para orang bijaksana (Rsi) mengadakan pertemuan di lereng gunung Himālaya, dan memutuskan untuk
belajar ilmu Āyurveda dari
Dewa Indra dan
membawanya ke dunia untuk memberi manfaat kepada kehidupan manusia. Tetapi
siapa yang akan melakukan tugas yang sulit ini untuk pergi ke surga dan
belajar Āyurveda kepada
Dewa Indra?
Rsi Bharadvāja, salah
seorang yang berpartisipasi dalam pertemuan itu secara sukarela bersedia
melakukan tugas itu yang dengan senang hati diterima. Bharadvāja pergi ke swargaloka
(alam sorga) untuk menemui Dewa Indra,
dan belajar Āyurveda Beliau, setelah mengusai ilmu pengobatan ayurveda
Rsi Bharadvāja, kembali ke bumi, dan mengajarkan apa yang telah
ia pelajarinya.
Kṛṣṇa Ātreya yang juga
disebut Ātreya Purnavas,putra
dari Rsi Atri,
mengajarkan Āyurveda kepada
enam muridnya yakni Agniveśa,
Bhela, Jatūkarna, Parāśara, Hārīta, dan Ksārapānī. Masing-masing dari mereka
menulis risalah dan menunjukkan pada guru Kṛṣṇa Ātreya dan pertemuan para Rsi. Risalah yang ditulis
oleh Agniveśa adalah
risalah yang terbaik dan bahkan dipuji oleh para dewa dan menjadi sangat
terkenal di seluruh dunia. (Caraka
Samhita—Sūtrastāna, Chapter-1).
Berdasarkan sloka dan urain di atas bahwa
ayurveda bukan hasil dari pemikiran manusia melainkan buah karya dari ciptaan Tuhan, yang diterima (wahyu) oleh
para Maharshi (seseorang yang mendapat pencerahan) untuk diajarkan dan diterapkan
dalam kehidupan. mengapa dikatakan bukan dari buah pikiran manusia ? melihat
Arti kata “Brahma mengingat ayurveda” dapat dipahami bahwa ayurveda memang
telah ada ketika manusia itu belum diciptakan dan bahkan telah ada di alam para
dewa. Karena dalam tradisi weda Dewa
bhrahma adalah manisfestasi Tuhan yang bertugas sebagai pencipta, maka dari itu
tak seorangpun yang mengetahui secara tepat kapan ayurveda diturunkan ke dunia, sehingga
ayurveda akan tetap ada sepanjang manusia masih hidup di dunia. Sehingga Āyurveda tidak diciptakan
oleh Brahma melainkan Brahman
(Tuhan), namun diingat kembali oleh Bhrama yang bertugas sebagai
pencipta.
Penulis Wayan wyasa (artikel disarikan dari berbagai sumber)
Penulis Wayan wyasa (artikel disarikan dari berbagai sumber)
Saturday, May 24, 2014
Asal Muasal Ayurveda
Oleh: Wayan Wyasa
1
Sebagai seseorang yang terlahir dan dibesarkan dari keluarga yang berlatar belakang traidsi Hindu, saya patut berbangga dan berbahagia, karena sejak ribuan tahun silam, para leluhur dan pendahulu, telah menemukan sesuatu yang sangat mengagumkan yang sampai saat ini dan di masa yang akan datang temuan tersebut akan tetap dibutuhkan oleh seluruh umat manusia, mengapa saya katakan demikian ? karena yang ditemukan adalah ilmu kesehatan (Ayurveda). Maka oleh sebab itu adakah diantara kita yang tidak membutuhkan kesehatan ? saya yakin tak seorangpun akan menjawab iya, jika pun ada yang menjawab iya sampai saat ini saya belum pernah mendengarnya. berbicara tentang Ayurveda maka kita tidak akan pernah lepas dari sebuah negara yaitu India karena disanalah pertama kali ayurveda ditemukan dan dikembangkan oleh masyarakat tempo dulu hingga masyarakat modern saat ini.
Ayurveda adalah ilmu kedokteran India kuno, dimana menurut para ahli telah berkembang sekitar 1.500 sebelum masehi. Hingga saat itu masyarakat masih menerapkan pengobatan ayurveda sebagai
salah satu alternative untuk menjaga dan mengobati penyakit yang dideritannya. Pengobatan
ayurveda merupakan pengobatan herbal yaitu
dengan memanfaatkan berbagai tumbuh-tumbuhan, tanaman dan bahan alami di di lingkungan sekitarnya, selain itu juga pengobatan tersebut tanpa efek samping yang dapat membahayakan
sang pasien. Hal ini tentu dapat diteladani
bahwa, masyarakat jaman dahulu menjadikan alam sebagai sahabat sehingga kelestarian alam senantiasa terjaga dan harmonis dengan umat manusia. Ketika manusia
mencintai alam maka, alam pun mencintai manusia. Itulah hukum kausal atau hukum
sebab akibat, yang dirangcang oleh Sang Pencipta secara sistematis.
Namun
sekarang, dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di
bidang ilmu kedokteran modern membuat mayoritas masyarakat memilih pengobatan
tersebut. Sehingga pengobatan-pengobatan tradisional secara perlahan-lahan
mulai ditinggalkan. Tentu tidak dapat
dipungkiri ilmu kedokteran modern memiliki peran yang sangat penting dalam
mengobati segala jenis penyakit yang diderita oleh manusia pada kehidupan masa
kini. Akan tetapi sejarah membuktikan pengobatan ayurveda tidak kalah hebatnya
dalam menyembuhkan penyakit dan menjaga kesehatan. Jika ditinjau dari
kitab-kitab Ayurveda yang ditulis oleh para Maharsi, juga dijelaskan tentang ilmu bedah atau
operasi sebagaimana yang dijelaskan
dalam kitab charaka samhita, begitupun dalam kitab asthangga hrdaya telah
diklasifikasikan sebagai spesialisasi dalam mengatasi berbagai jenis penyakit.
Di samping itu orang-orang jaman
dahulu hidupnya melebihi ratusan tahun, itu karena mereka memeperhatikan
kesehatannya secara holistic (menyeluruh).
Sehingga ayurveda bukan sekedar membahas tentang bagaimana menyembuhkan
penyakit akan tetapi juga membahas cara menjaga tubuh agar tetap sehat. Berbicara tentang kesehatan holistik maka
ayurveda melibatkan kesehatan tubuh,
pikiran, mental, emosi dan spiritual. Dengan demikian ayurveda sesungguhnya
bukan untuk masyarakat masa lampau tetapi ayurveda juga dapat diwarisi oleh
masyarakat modern maupun generasi yang akan datang, Bagaimana perkembangan Ayurveda dijaman modern
?. Ayuveda telah berkembang diberbagai Negara khususnya di India, dimana saat ini telah dikembangkan secara
profesional melalui perguruan-perguruan tinggi dan institute-institute dibidang
kedokteran ayurveda dan therapish atau asisten dokter ayurveda. Dengan demikian
Ayurveda akan memberikan kontribusi konkrit dan sebagai alternatif dalam bidang
kesehatan saat ini. Semakin berkembangnya pengobatan-pengobatan alternative
saat ini maka peluang masyarakat semakin luas untuk memilih metode dalam
menjaga dan mengobati keluhan penyakitnya.
Berdasarkan bagan di di atas kitab suci Weda sangat kaya akan pengetahuan-pengetahuan suci dan ilmu tentang kehidupan sehingga dapat dianalogikan weda seperti pohon besar yang tumbuh di lahan subur, dimana dari akar, batang, ranting, daun sehingga mampu memberikan kesejukan dan keteduhan bagi yang berada di bawahnya. Tidak hanya itu buah dari pohon yang besar tersebut memberikan kenikmatan dan kepuasan ketika seseorang memetik dan menikmati buah-buah kasih sayang dalam weda.
Weda diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu weda sruti dan smerti yang mana sruti
adalah sabda suci dari Tuhan yang diterima langsung oleh Maharsi sedangkan smerti adalah kitab yang ditulis oleh para maharsi melalui ingatan
yang telah mencapai tingkat kesucian dan kejernihan pikiran/bhudi. Maka seharusnya tak ada yang
perlu meragukan kebenaran dari Weda baik kitab Sruti maupun Smerti. Dalam kitab Sruti
diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu kitab Mantra, Brahmana dan Upanisad.
Di setiap bagian kitab-kitab tersebut ,masing-masing memiliki cabang-cabang
pengetahuan yang spesifik (lihat bagan ). Kemudian dalam kitab smerti juga diklasifikasikan menjadi
tiga yaitu kitab Wedangga, Upaweda dan kitab Agama. Di setiap bagian-bagian tersebut juga memiliki masing-masing
kitab suci. Jadi, begitu kaya rayanya pengetahuan Weda yang dapat diwarisi oleh
seluruh umat manusia. Berdasarkan penjelasan diatas maka, Ayurweda bersumber
dari kitab suci Weda yang diklasifikasikan dalam kitab smerti yaitu bagian dari Upaweda.
Love All Berawal dari Memberi
Oleh : Wayan Wyasa
Kata memberi sudah tidak asing terdengar di telinga kita, bahkan setiap ajaran Agama menganjurkan
umatnya untuk memberi, karena memberi adalah suatu tindakan nyata untuk belajar ikhlas. Orang terkadang kebanyakan lebih senang meminta dari pada memberi. Padahal ada
dua sisi yang berbeda disini, yang mana ketika kebiasaan sering meminta
maka sesungguhnya menunda kemandirian diri, terlebih lagi sebagian orang tua yang mampu dari segi ekonomi memenuhi segala kebutuhan anaknya meskipun kebutuhan yang tidak penting dalam menunjang pendidikan dan karakternya.
Hal ini akan menjadi kebiasaan tidak mampu mandiri, bahkan
ketika telah berumah tangga ia telah menjadi tulang punggung keluarga dan
kebetulan ekonominya sedang tidak beruntung akan menimbulkan gejolak dalam
hidupnya, karena telah menjadi sebuah kebiasaan segala kebutuhannya terpenuhi. Sebenarnya sebagai orang tua memanjakan anak sesungguhnya menjerumuskan anak itu
sendiri, akan lebih baik memberikan batas-batas tertentu atas segala
keinginannya. Hal yang penting adalah membangun jiwa anak tersebut layaknya
sebuah ujian sehingga terbentuk karakter dan kemandirian, oleh karenanya memanjakan sebenarnya
bukan cara mendidik yang ideal bagi seorang sang anak.
Dalam hal memberi, ada dua persoalan yaitu memberi karena ikhlas dan memberi
karena mengharapkan umpan balik, tentu keduanya akan
menimbulkan dua hal yang berbeda dan hasil yang berbeda pula di mata sosial
masyarakat. Memberi dengan mengharapkan umpan balik kurang lebih hampir sama dengan
bisnis, memberi yang seperti ini terkadang cinta kasih dikesampingkan karena
ada sebuah tuntutan. Layaknya sebuah perusahan yang ingin menjadi sponsor tatkala
ada peluang yang menguntungkan bagi perusahanya maka tak tanggung-tanggung memanfaatkan kesempatan tersebut. Hal ini bisa dikatakan memberi karena motif, tentu kita tidak pungkiri perusahan itu butuh hasil atau keuntungan,
akan tetapi bunga cinta kasih tidak akan berbuah dalam situasi yang demikian.
Sedangkan memberi dengan tulus, ini sesungguhnya yang paling utama karena dimana
ada ketulusan disana ada cinta dan kasih sayang, ketika seseorang memberi
sesuatu kepada orang lain didasari dengan cinta kasih, walaupun hal itu secara
nominal tidak terlalu besar maka di antara keduanya akan terbangun cinta kasih
dan kelembutan, karena yang ditonjolkan dalam ketulusan adalah membangun cinta bukan berharap materi. sehingga hubungan yang demikian akan menguatkan tali persaudaraan, perlu digarisbawai segala memberian yang dilakukan secara ikhlas dan tidak ikhlas akan mendatangkan hasil, hanya saja letak perbedaannya pada mental dan emosi saat iklas dan tidak iklas ketika memberi.
Pada dasarnya setiap pemberian akan ada balasan, karena begitulah hukum alam (sebab akibat). meskipun orang yang kita beri tidak membalas suatu saat orang lain yang akan memberi sesuatu kepada kita. Hukum alam bekerja sangat rapi, tak satupun tindakan yang dilakukan tidak ada hasilnya, karena inilah hukum sebab akibat kembali saya tekankan. dari disinilah dapat dilihat perbedaan
yang luar biasa ketika ketulusan itu yang menjadi dasar, yang pertama akan
terbangun sebuah cinta kasih antara si pemberi dan si penerima, bisa dibayangkan bagaimana indahnya diantara keduanya.
Kemudian yang kedua walaupun si
pemberi tidak mendapat imbalan dari yang diberi akan tetapi alam yang akan mengkalkulasikan dengan balasan yang setimpal bisa disebut seperti investasi karma. Jadi
begitu besar pengaruh ketulusan terhadap kehidupan dunia bahkan akan sangat
berpengaruh kepada kedamain dunia, namun saat ini, disetiap keadaan ketulusan itu
benar-benar dikesampingkan sehingga kondisi keadaan terasa lebih kasar dan
keras, lain halnya ketika di suatu tempat terjalin ketulusan yang menjadi dasarnya
akan lebih indah dan membahagiakan, jadi esensi sebuah kehidupan adalah ketulusan
sehingga semua agama mengajarkan umatnya tentang ketulusan tujuannya, tiada lain
untuk kelembutan dan kedamaian dunia, apakah ketulusan itu bisa dilihat ataupun
diukur ? dan bagaimana cara menumbuhkan ketulusan tersebut? cara untuk
menumbuhkan ketulusan adalah dengan terlebih dalulu belajar memberi dan mencintai tanpa
membedakan orang lain.
Tentu terasa mudah diucapkan tapi sulit dilakoni, kita mudah mengucapkan dalam bahasa inggris love all tapi kenyataannya love someone, seperti seorang kekasih terkadang cintanya hanya tercurah kepada
pasangannya, bahkan sering ungkapan kita dengar cintaku hanya untuk kamu, sesungguhnya itu adalah cinta berbalut emosi, kalau ditelusuri orang yang mempunyai anggapan seperti itu belum mengenal arti sebuah
cinta, Tetapi sesungguhnya cinta itu untuk semua orang, bukan berarti kita mengobral
diri, inilah yang keliru. kita dapat melihat seseorang ketika mulai tumbuh cinta kasihnya, lewat hal yang paling sederhana mulai dari makan, ketika orang itu memiliki
makanan yang cukup untuk porsinya tapi ada yang ingin mencicipi atau meminta
sebagian jika ia rela bemberi berarti dia telah mulai tumbuh cinta kasih dalam
dirinya jadi memberi adalah cermin keindahan tatkala didasari ketulusan. sehingga berawal dari memberi akan terwujud cinta yang sesungguhnya.
Wednesday, April 30, 2014
Subscribe to:
Posts (Atom)