Monday, August 12, 2013

Konsep Tri Hita Karana Sebagai Harapan Di Tengah Perkembangan Global”

DHARMA WACANA

Oleh : I Wayan Wyasa

Om swastyastu

Om ano badrah kratavoyantu wisvatah

Artinya:

Semoga pikiran baik datang dari segala penjuru

Bapak-bapak, Ibu-ibu serta umat sedharma yang saya muliakan

Pertama-tama marilah kita panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa karena atas asung kerta waranugraha-Nya kita dapat berkumpul bersama-sama di tempat yang penuh dengan kedamaian.

Bapak/ibu umat sedharma yang berbahagia

Melihat fenomena yang terjadi saat ini tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan semakin rapuh. Bumi dengan usianya yang semakin tua seakan-akan diterlantarkan oleh pengasuhnya yaitu manusia. Hanya sedikit dari kita saat ini yang benar-benar mau peduli dengan dilema tersebut. Kemampuan yang kita punya semata-mata untuk mengejar kepentingan globalisasi, Lingkungan maupun alam yang memberikan kenyamanan benar-benar dilecehkan hanya untuk keegoisan kita. Hingga pada suatu ketika alampun menunjukkan perubahan yang sangat luar biasa seperti yang terjadi saat ini yaitu Perubahan Iklim. Udara yang dulu sangat segar berubah menjadi sesak, hujan yang semestinya turun berubah menjadi panas yang mengengat,musim saat ini menjadi tidak menentu, hal ini menyebabkan ketidaknyamanan dalam kehidupan di Dunia ini, demikianlah kenyataan terjadi saat ini. Untuk itu dalam kesempatan yang ini saya ijinkan saya membawakan dharma wacana dengan topik:” Konsep Tri Hita Karana Sebagai Harapan Di Tengah Perkembangan Global

Hadirin umatku sedharma yang berbahagia

Seperti yang kita ketahui bersama Tri Hita Karana tidak asing lagi bagi kita yaitu Tiga hubungan yang menyebabkan kebahagiaan.Nah,hubungan yang dimaksud disini adalah hubungan baik manusia dengan Ida Sang hyang Whidi Wasa (parahayangan), kemudian yaitu hubungan baik manusia dengan sesamanya (Pawongan) yang ketiga adalah hubungan baik manusia dengan lingkungan atau alam semesta (Palemahan)

Hubungan baik manusia dengan Ida Sang Hyang Whidi Wasa merupakan wujud bhakti kita kepada-Nya karena manusia adalah mahluk ciptaan-Nya sedangkan Atman yang ada dalam diri manusia merupakan percikan-percikan sinar suci kebesaran-Nya, manusia adalah mahluk ciptaan yang paling utama sebagaimana yang ditegaskan dalam Sarasamuscaya Sloka 4 :

Apang iking dadi wwang uttama juga ya nimittaning mangkana wenang ye tumulung awaknya sangkeng sengsara makashadanang subhakarma hinganing kottamaning dadi wwang ika.

Artinya:

Menjelma menjadi manusia itu adalah sungguh-sungguh utama sebabnya demikian karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara lahir dan mati berualang-ulang dengan jalan berbuat baik demikian keuntungan menjelma menjadi manusia

Bapak/ibu umatku sedharma yang berbahagia

Menyimak sloka tersebut manusia adalah ciptaan yang paling sempurna diantara semua ciptaan-Nya, dimana manusia memiliki Tri Pramana yaitu Bayu,sabda dan idep/pikiran dengan kelebihan yang kita miliki tentunya dipergunakan untuk menjalankan swadharma sebagai insan yang mulia . Begitu melimpahnya anugrah Tuhan kepada bhaktanya. Pernahkah saudara-saudaraku menyadari anugrah-Nya? mari kita renungkan bersama, manusia mampu menciptakan teknologi yang canggih seperti lampu listrik untuk menerangi belahan dunia namun tidak bisa menandingi cahaya yang berasal dari matahari yaitu ciptaan Tuhan, begitupun juga pompa air dipasang manusia belum bisa menghasilkan air yang banyak seperti hujan turun dari langit, untuk listrik maupun pompa air yang kita gunakan kita harus membayar semua biaya pengadaannya, jika demikian halnya bukankah kita berutang termakasih kepada Tuhan yang menyediakan udara,cahaya air yang kita nikmati secara gratis ! Menyimak hal tersebut kita harus menunjukan rasa terima kasih dan bhakti kita kepada-Nya. Rasa sujud dan bhakti dapat kita nyatakan dengan puja dan puji kebesaran_Nya yaitu dengan bersembahyang dan mengamalkan ajaran agama serta didasari dengan cinta kasih yang tulus kepada-Nya, berbicara tentang cinta tentu dibenak kita terlintas bahwa dua insan yang saling mencintai untuk itu saya ingin bertanya kepada saudara-saudara. Apakah saudara-saudara pernah merasakan cinta kepada seseorang? Saya yakin semuanya pernah mengalami termasuk saya, Nah mari bandingkan saudara-saudara, mencintai pasangan melebihi cinta kepada Tuhan, mengapa? Pacar kita marah, mati-matian kita meminta maaf, Nah Bagaimana kalau Tuhan sudah mulai mengingatkan kita dengan bencana-bencana yang melanda saat ini. Apakah kita sudah berdoa seharian meminta maaf kepada Beliau?. Pacar menyuruh datang kerumahnya tanpa menghiraukan derasnya hujan dinginnya angin malam kita datang dengan senang hati Nah, bagaimana kalau Tuhan menyuruh kita datang kerumah-Nya ? jangankan hujan ataupun malam pada saat cuaca cerahpun kita seolah-olah lupa . Jadi hal ini menunjukan bahwa kita lebih mengutamakan kepentingan duniawi dari pada kepentingan spritual seharusnya keduanya harus seimbang antara duniawi dengan spritual sehingga keutamaan menjelma menjadi manusia benar-benar tercapai.

Umat sedharma yang saya muliakan

Mari kita lanjutkan antara hubungan baik manusia dengan sesamanya. Manusia sebagai mahluk sosial tidak dapat hidup menyendiri melainkan membutuhkan orang lain bahkan untuk mengembangkan bakat yang ada dalam diri kita juga membutuhkan orang lain.oleh karena itu hubungan antar sesama harus selalu baik dan harmonis sebagaimana disebutkan dalam Upanisad ”Vasudhaiva Kutumbakam ” semuanya adalah saudara meskipun kita dilahirkan dengan fisik ,ras,suku dan profesi yang berbeda janganlah hal itu dijadikan batu sandungan, semua perbedaan yang ada merupakan hiasan dunia ibaratkan pelangi memiliki kombinasi warna yang berbeda-beda sehingga indah dipandang, jadi perbedaan itu adalah warna-warni kehindahan . Tentunya untuk memelihara kehindahan itu kita perlu mengendalikan diri dan mengamalkan ajaran Tri Kaya Parisudha yaitu dengan berfikir yang baik dan bersih,berkata yang baik serta berbuat yang baik antar sesama tentunya dalam kehidupan baik dikeluarga maupun di masyarakat yang harus kita kendalikan dan bersihkan terlebih dahulu adalah ”pikiran ” seperti yang tegaskan dalam Sarasamuscaya sloka 79 :

Manasa nicayam kertva tato vaca vidhiyate kriyate

karmana pascat pradanam vai manasstatah

Artinya:

Pikiran adalah unsur yang menentukan jika penentuan hati telah terjadi mulailah orang berkata dan berbuat jadi pikiranlah sumber pokoknya

Hadirin umatku sedharma yang berbahagia

Pesan yang dapat kita petik dari sloka tersebut bawasannya Pikiranlah yang menggerakan perbuatan baik dan buruk , pikiran itu sangat liar tidak menentu arahnya banyak cita-cita namun banyak pula keragu-raguan .jika ada yang dapat mengendalikan pikiran maka dia akan mencapai kebahagiaan,oleh sebab itu pikiran ibaratkan sebidang sawah apabila sawah tidak pernah dibersihkan maka akan ditumbuhi rerumputan.Apabila rerumputan yang ada dalam sawah tersebut tidak juga dibersihkan maka semak belukar dan pepohonan akan tumbuh didalamnya, sehingga lama kelamaan akan menjadi hutan,Nah ,jika sudah menjadi hutan maka akan ada binatang-binatang buas didalamnya jadi intinya adalah jangan biarkan pikiran-pikiran kotor terus menumpuk dalam diri kita hilangkan rasa benci,iri hati yang ada dalam diri kita sehingga dalam kehidupan bermasyarakat terjalin hubungan saling asah saling asuh dan saling asih antar sesama kehidupan akan menjadi aman dan tentram sehingga kedamainpun akan kita proleh di dunia ini.

Umat sedharma yang berbahagia

Mari kita lanjutkan antara hubungan manusia dengan lingkungannya, Saudara-saudaraku ternyata Hindu tidak hanya mengajarkan umatnya untuk melaksanakan hubungan baik manusia dengan Tuhan dan sesamanya tetapi juga alam semesta tempat kita berpijak. Karena tanpa adanya alam semesta kehidupan di dunia ini tidak bisa berjalan dengan baik untuk itu Hindu mengajarkan untuk merawat alam semesta seperti merawat badan kita sendiri, pernyataan ini ditegaskan dalam Srimad Bagawatam 2 . 1 . 32-33 :

Udara adalah nafas-Nya pohon adalah rambut dan badan-Nya lautan adalah pinggang-Nya pebukitan dan pegunungan adalah tulang-Nya sungai adalah pembuluh darah-Nya gerak-Nya adalah bergulirnya waktu

Kutipan tersebut mengilustrasikan bahwa alam sama seperti badan manusia apabila salah satu bagiannya mengalami luka maka seluruh badan akan ikut kesakitan saya contohkan Tangan kita luka tidak hanya tangan sakit tetapi seluruh badan kita, sama halnya dengan orang yang tidak bertanggung jawab dengan menebang hutan secara liar maka dampaknya bukan hanya hutan saja yang rusak melainkan seluruh bagian-bagiannya juga terkena imbasnya. Alam sebagai Ibu Pertiwi sudah mulai menangis saudara-saudara, melihat pengasuhnya yang tidak merawatnya dengan baik, maka alampun mulai berbicara dan marah melalui bencana-bencana seperti stunami, gempa bumi tanah longsor banjir dan bencana lainnya yang mengerikan yang terjadi dibelahan dunia maka dari itu semasih kita diberikan peringatan mari saudara-saudara sekalian rawat alam semesta ini dengan cinta kasih sebagaimana yang diajarkan hindu untuk memuliakan Matahari,lautan,gunung dan sebagainya karena semua itu merupakan sumber kehidupan ,Nah, dari sinilah muncul konsep yadnya atau korban suci yang diwujudkan dalam bhuta yadnya, istilah bhuta disini bukan apa yang dinamakan hantu ataupun setan melainkan bahwa bhuta adalah hama penyakit yang beracun,yang menyebabkan penyakit pernyataan ini saya temukan dalam Atharwa Weda : IV . 37 ,hama penyakit ini dapat dinetralisir dengan upacara bhuta yandnya atau mecaru yaitu untuk mengharmoniskan hubungan manusia dengan alam lingkungan agar keseimbangan selalu terjaga. sebagai wujud cinta kasih yang mendalam sudara-saudara umat hindu merayakan hari raya Nyepi ternyata memiliki makna yang sangat mulia kepada semua makluk saudara-saudaraku coba bayangkan dimana pada saat Nyepi berapa juta mahuk hidup yang yang terselamatkan dengan berhentinya aktifitas manusia saat itu jadi begitu bijaknya hindu mengajarkan kasih sayang kepada semua mahluk

Saudara-saudaraku umat sedharma yang berbahagia

Dapat saya simpulkan bahwa Tuhan dengan segala manifestasinya menciptakan alam semesta beserta isinya dimana manusia berkewajiban untuk menjaganya dengan cinta kasih. karena mencintai sesama dalam bentuk pelayanan,merawat alam dalam bentuk pelestarian terhadapnya dan memuja Tuhan dalam wujud bhakti memiliki nilai yang sama yaitu Tuhan manusia dan alam adalah tiga kaki yang saling menopang satu dengan yang lainnya .jika salah satu kaki dihilangkan maka kedua kaki yang lainnya tidak bisa berdiri dengan tegak .untuk itu saya ingin mengajak saudara-saudara sekalian untuk bener-bener mengamalkan ajaran yang mulia ini karena konsep ini merupakan alternatif untuk menghadapi pemanasan global yang sudah kita rasakan saat ini.

Demikianlah dharma wacana yang dapat saya sampaikan mudah-mudahan bermanfaat bagi saudara-saudara jika ada salah kata yang terucap saya mohon maaf karena saya menyadari tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini khir kata saya ucapkan Parama Santih .

Om Santih Santih Santih Om

.

No comments:

Post a Comment