Monday, August 12, 2013

Mengapa Hindu Mempercayai Hukum Karma Phala?

Oleh: Wayan wyasa

Om Swastyastu
Om Ano Badrah Kratavo Yantu Visvatah
Pertama-tama puji Syukur kita panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Whidi Wasa karena sampai saat ini kita masih diberikan kesehatan. Pada kesempatan yang penuh berkah ini saya akan membawakan dharma wacana dengan topik: Mengapa Hindu Mempercayai Hukum Karma Phala 

Seperti yang kita ketahui bahwa karma phala dan reingkarnasi merupakan bagian dari sradha dan saya yakin umat sedharma telah mengetahuinya namun tidak ada salahnya bagi saya untuk mengingatkan kembali
Kata Karma Phala sudah umum orang mendengarnya. Kata ini sering di jadikan judul film atau sinetron. Bahkan jika ada orang yang terkena musibah kita sering mengatakan bahwa orang tersebut mendapat karma phala. Karmaphala terdiri dari dua kata yaitu karma dan phala, berasal dari bahasa Sanskerta. "Karma" artinya perbuatan dan "Phala" artinya buah, hasil, atau pahala. Jadi Karmaphala artinya hasil dari perbuatan seseorang. 

Kita percaya bahwa perbuatan yang baik (subha karma) membawa hasil yang baik dan perbuatan yang buruk (asubha karma) membawa hasil yang buruk. Jadi seseorang yang berbuat baik pasti baik pula yang akan diterimanya, demikian pula sebaliknya Karmaphala memberi keyakinan kepada kita untuk mengarahkan segala tingkah laku kita agar selalu berdasarkan etika dan cara yang baik guna mencapai cita- cita yang luhur dan selalu menghindari jalan dan tujuan yang buruk.Phala dari karma itu ada tiga macam yaitu:
1. Sancita. Karma phala yaituPhala dari perbuatan dalam kehidupan terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih merupakan benih yang menentukan kehidupan kita sekarang.
2. Prarabda Karma phala yaituPhala dari perbuatan kita pada kehidupan ini tanpa ada sisanya lagi. Jadi umat Hindu sering menyebutnya karma cicih apa yang kita perbuat dinikmati pada saat kehidupan sekarang
3. Kriyamana Karma phala yaitu Phala perbuatan yang tidak dapat dinikmati pada saat berbuat sehingga harus diterima pada kehidupan yang akan datang. Sancita dan kriamana yang menyebabkan terjadinya kelahiran masa sekarang dan masa yang akan datang

Bapak ibu umat sedharma yang berbahagia, Itulah sebabnya mengapa orang-orang Hindu lebih takut untuk berbuat jahat. Mereka takut apa yang bakalan terjadi pada kehidupan yang akan datang. Karena perbuatan yang baik atau tidak baik akan berdampak pada kehidupan yang akan datang.
Hukum karma Phala dapat dijelaskan pula dengan hukum rata-rata. Pernah dilakukan penelitian terhadap mahasiswa di Amerika Serikat oleh sebuah universitas Dale Carniage. peneliti mencari 1000 pelajar yang dianggap memiliki tingkah-laku yang baik dan sopan ( kelompok A) dan 1000 pelajar yang di anggap memiliki sikap kurang bagus (Kelompok B). nah Setelah 5 tahun berlalu apa yang terjadi saudara-saudara ke-2000 pelajar tadi di cek kulitas kehidupannya maka hasil yang ditemukan adalah 90 % dari kelompok A orang-orangnya sukses dan yang terjadi pada kelompok B, 90 persen orang-orang tersebut hidupnya gagal.
Umat sedharma yang berbahagia Nah,bagaimana kita menciptakan masa depan kita dengan setiap pikiran, perkataan dan perbuatan. Orang Hindu sangat percaya dan yakin sekali kalau Tuhan itu sangat adil benar saudara-saudara. Siapa yang harus diberikan kekayaan, wajah cantik, wajah buruk, penderitaan, kesenangan .Hal itu tidak lepas dari karma baik tau buruknya seseorang. baik di kehidupan yang terdahulu maupun sekarang. tapi saya melihat disini para umat sedharma semuanya cantik dan ganteng saya yakin pasti kelahiran dari sorga cyute Pada awal sudah dijelaskan sedikit mengenai hukum karma phala. Karma yang artinya perbuatan dan phala adalah hasil dari perbuatan itu. Suatu penyakit tentu pasti ada yang menyebabkan. Demikian pula penderitaan yang terjadi pasti ada penyebabnya. Namun penderitaan dapat diatasi yaitu dengan mengingat karma. Sebagaimana yang disebutkan dalam Bhagawad Gita Adyaya V Sloka 19:
Na Prahrsyet priyam prapya capriyam sthira-budhir asammudho brahma-vid brahmani stitah
Artinya:
Seseorang Hendaknya tidak bergembira dalam mendapatkan apa yang menyenangkan ataupun bersedih dalam menerima apa yang tak menyenangkan Ia yang memahaminya mantap tak terbingungkan yang mengetahui Tuhan seperti itu tetap teguh dalam Tuhan 

Umat Sedharma yang berbahagia Kalau kita menderita biasanya kita menyesali nasib kita. Jika kita beruntung, kita puji nasib kita. Tetapi sebenarnya kita tidak usah menyesali atau memuji , karena hal itu sudah menjadi bagian kita, sebagai akibat dari karma kita yang terdahulu. Hidup ini ibaratkan seperti pemain sinetron kita sebagai actor atau aktrisnya sedangkan skonario yang kita mainkan sudah diatur oleh sutradara Kita Cuma menjalani peran tersebut sebagaimana yang telah tertulis dalam skonario, kita tidak dapat menghindari peran kita itu apakah baik ataukah buruk. maka kita harus menerima tanggung jawabnya . Kita tidak punya hak untuk menyesali orang lain atas penderitaan yang kita terima. Tetapi satu hal yang kita dapat perbuat dalam kehidupan ini yaitu kita berhak untuk membuat hidup kita yang akan datang bahagia. Nasib kita ada ditangan kita sendiri bukan ditangan Tuhan ,Tuhan hanya bemberi jalan. Untuk itu mari kita berbuat baik selalu pastilah kita akan menerima kebahagiaan. Baiklah umat sedharma yang berbahagia saya ingin mengajak saudara-saudara untuk mendengarkan bercerita tentang kejadian baik atau buruk:

Ada seorang peternak yang miskin hanya mempunyai satu harta yang berharga yaitu seekor burung merpati betina yang sangat bagus dan cantik. Orang-orang disekitarnya sangat mengagumi dari burung betina tersebut. Para tetangga mengatakan kepada Peternak sangat beruntung memiliki burung dara yang begitu cantik. Namun Peternak sendiri tidak tahu dengan memiliki burung yang bagus merupakan hal baik atau buruk. Yang hanya dia tahu bahwa ia saat ini sedang memiliki burung betina yang cantik. Itu saja. Pada suatu hari burung daranya kabur. Ketika peternak itu bangun, ia sudah mendapati bahwa burungnya hilang. Terus Para tetangga datang dan menyatakan keprihatinnya. Banyak tetangga mengatakan betapa buruknya nasib peternak tersebut punya satu burung kabur lagi. Namun peternak tidak mengetahui apakah ini nasib buruk atau baik.Yang ia tahu saat ini burungnya cantiknya sudah hilang. Itu saja. Kurang lebih satu minggu kemudian, burungnya kembali sambil mengajak 7 ekor dara jantan yang gagah diatas atap rumahnya. Para tetangganya mengatakan bahwa si Peternak itu sangat beruntung. “ selain burung betinya kembali ia juga mengajak 7 ekor burung jantan lainnya”. Namun lagi-lagi si peternak tidak mengetahui hal yang baik atau hal yang buruk. Dia hanya tahu burung betinya pulang dan mengajak 7 ekor burung jantan. Ketika melihat banyak burung jantan, anak laki-laki dari Peternak berusaha naik keatap untuk mengambil salah satu burung dara jantan dan ingin menjualnya. Tetapi celaka menimpa si anak jatuh dari atap dan mengalami patah kaki. Para tetangga berkomentar “sial betul nasib anak peternaki”, tetapi ayah dari anak tersebut tidak tahu apakah kaki yang patah itu merupakan hal yang baik aau hal yang buruk. Ia hanya tahu bahwa kaki anaknya patah. Tak lama setelah itu, raja mngutus para tentaranya yang berpangkat tinggi ke daerah-daerah. Mereka mencari anak-anak muda yang sehat untuk ikut berperang bersama mereka. Anak laki-laki sang pemilik burung dara tidak bisa ikut karena kakinya patah. Para tetangga datang dan mengatakan bahwa dia sangat beruntung karena anaknya tidak harus ikut berperang. Terus lagi-lagi peternak itu berkata, “ saya tidak tahu apakah ini merupakan hal yang baik atau hal yang buruk, yang saya tahu, anak saya kakinya patah dan tidak diwajibkan untuk ikut berperang”. Nah saudara-saudara umat sedharma Cerita diatas jika diteruskan tidak akan ada habis-habisnya!. Intinya adalah kita tidak bisa tahu apa yang akan terjadi di masa depan dan tidak tahu pula apakah dengan berjalannya waktu situasi tertentu dalam kehidupan bisa menguntungkan atau tidak.pada Situasi tertentu dalam keadaan tertentu tidak bisa dikatakan baik atau buruk. Kehidupan terdiri dari sejumlah kejadian, karena itu penting bagi kita untuk memahami bahwa kejadian-kejadian yang menimpa kita bersifat netral. Kejadian-kejadian serta bagaimana kita menyikapinyalah yang bisa kita jadikan cerminan, yakni bagaimana kita bisa bereaksi dan mengambil tindakan. Sebagaimana yang tertuang dalam Sarasamuscaya sloka 4 menyebutkan:
Apang iking dadi wwang uttama juga ya nimittaning mangkana wenang ye tumulung awaknya sangkeng sengsara makashadanang subhakarma hinganing kottamaning dadi wwang ika.
Artinya:
Menjelma menjadi manusia itu adalah sungguh-sungguh utama sebabnya demikian karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara lahir dan mati berualang-ulang dengan jalan berbuat baik demikian keuntungan menjelma menjadi manusia 
 
Jadi hukum karmaphala tidak menyebabkan putus asa dan menyerah pada nasib (fatalistis) tetapi positif dan dinamis. Ini harus disadari. Kita harus sadar bahwa suatu saat penderitaan itu akan berakhir dan berganti dengan kebahagiaan, asal kita bisa berbuat baik selalu walaupun dalam keadaan yang menderita sekalipun. Dengan kesadaran ini ,kita tidak perlu sedih atau menyesali orang lain karena mengalami penderitaan dan tidak perlu sombong karena mengalami kebahagiaan. Walau hukum karma phala seolah-olah berdiri sendiri di dalam lingkaran sebab akibat, tetapi itu tidak terlepas dari kekuasaan Sang Hyang Widhi. Benar bahwa perbuatan seseorang itu menentukan phalanya, tetapi mengenai macamnya buah dan waktu pemetikannya itu tergantung kepada ke adilan Tuhan. Sang Hyang Widhi yang menentukan phala dan karmanya. Ibarat menabur benih tidak mungkin langsung seketika berbuah pada saat itu juga namun akan berbuah kelak dikemudian hari dan apapun yang kita tanam maka itu pulalah akan kita petik 

Saudara-saudara umat sedharma yang berbahagia dapat saya simpulkan bahwa kita wajibmengamalkan ajaran agama yang tertuang dalam hukum karma phala untuk membentengi moral kita dari prilaku yang bertentangan dengan ajaran agama ibarat kerajaan jika bentengnya sudah hancur maka dengan mudah musuh-musuh menyerang kerajaan tersebut,walaupun kita hendak meninggalkan hukum karma phala namun akan tetap menunjukan eksitensinya terhadap tindak- tanduk kita sebagai manusia

Umat sedharma yang berbahagia demikianlah dharma wacana yang dapat saya sampaikan mudah-mudahan bermanfaat bagi saudara-saudara jika ada salah kata yang terucap saya mohon maaf karena setiap manusia tidak luput dari kesalahan akhir kata saya ucapkan Parama Santi .
Om Santih Santih Santih Om




No comments:

Post a Comment