Monday, August 12, 2013

Menikmati Masa Muda Dari Persepektif Hindu

 
§ Ida Kade Suparta
Dari SMA sampai sekarang pun saya masih mendengar teman-teman berkata “Nikmati masa muda”. Sesungguhnya apa makna kata tersebut dan bagaimanakah artinya menurut pandangan Hindu ?. Ini harus kita cermati sebelum memersepsikan kata tersebut dari arti luarnya saja. Banyak orang berpikiran bahwa menikmati masa muda dikaitkan dengan hal-hal negatif seperti hubungan seksual, minum minuman keras, bahkan ke arah narkoba sekaligus. Pemikiran sempit seperti itu yang mengancam bahkan mendegradasi moral para pemuda Hindu.
Ditambah lagi arus globalisasi yang semakin memanas membuat pandangan para pemuda semakin lemah mengartikan masa mudanya sehingga terjadi hal-hal yang sangat tidak wajar seperti kawin di usia sangat muda karena nafsu yang memuncak sehingga melakukan hubungan seksual di usia dini, munculnya kerusakan jasmani maupun rohani akibat barang terlarang, serta masa muda yang dilanda stress berkepanjangan.
Fenomena seperti ini merupakan salahnya penafsiran arti “ Menikmati masa muda ”. Sebenarnya, bila ditelusuri menurut pandangan Hindu, menikmati masa muda mempunyai makna dan pesan luar biasa yang perlu diterapkan oleh pemuda-pemuda Hindu. Dalam agama Hindu kata “ Menikmati ” itu mempunyai makna bahwa sesuatu itu dilakukan dengan waktu yang lama dan tidak terburu-buru. Menikmati masa muda dapat diilustrasikan hakekatnya dengan menikmati makanan. Bila makanan itu dilahap begitu saja maka rasa yang didapat juga begitu saja (kenikmatan sementara). Akan tetapi, bilamana makanan itu dinikmati perlahan-lahan, bagaimana rasanya, maka secara langsung kita akan mendapat kesan yang luar biasa. Begitu halnya menikmati masa muda, secara perlahan-lahan pahami kewajiban dan keberadaan kita sebagai kaum muda. Sudah dijelaskan dalam ajaran agama Hindu tentang Catur Asrama yaitu Brahmacari, Grahastha, Vanaprastha, dan Bhiksukha. Pada tahap Brahmacari inilah kita menikmati masa muda dengan kewajiban yang lebih utama adalah belajar. Mungkin sebagian orang salah paham dengan arti “ Belajar ” ini yang mengartikannya lebih menjurus pada pendidikan di sekolah-sekolah. Namun, sesungguhnya kata belajar ini lebih utama pada pelatihan dan pembentukan karakter manusia dimana dengan lebih dominan belajar di usia muda dapat dijadikan persiapan melangkah ke tingkatan hidup selanjutnya. Belajar juga berarti pengendalian diri ke arah kebajikan dan kebenaran untuk mencapai kebahagiaan. Seperti yang disebutkan dalam kitab Sarasamusccaya sloka 158 bahwa “ Kebajikan dan kebenaran adalah cara hidup yang patut dilakukan, keampuhannya memberikan kebahagiaan dan keteguhan yang menyebabkan sila itu ada.”
Namun, dalam realitanya adanya salah pengertian tentang maksud kesenangan dan kebahagiaan yang diasumsikan oleh para pemuda sekarang. Bila digambarkan mengenai maksud dari kesenangan dan kebahagiaan sejatinya seperti halnya seorang pemabuk, ia merasa senang saat minum minuman itu akan tetapi, bahagiakah ketika ia mabuk?. Begitu juga dengan seseorang yang kehausan di gurun pasir, ketika ia mendapatkan seteguk air maka kebahagiaanlah yang muncul dalam hatinya.
NAMA : IDA KADE SUPARTA
PEKERJAAN : MAHASISWA
INSTANSI : STAHN GDE PUDJA MATARAM
JUR/SMTR : S1 PENDIDIKAN/II
NO HP : 087 762 997 237









No comments:

Post a Comment